Laman

Kamis, 21 April 2011

Jilbab Putih untuk Indah

Sekapur Sirih
            Segala puji dan syukur tiada pernah berhenti terpanjat kepada Allah Swt, karena rahmat dan nikmat-Nya pula cerpen ini bisa tersusun.
                Shalawat beserta salam insya Allah tetap tercurah kepada nabi yang menjadi anutan abadi, Muhammad saw pemilik akhlak mulia. Nilai-nilai yang beliau sampaikan telah member saya energi untuk menulis cerpen ini. Semoga cerpen ini menjadikan saya salah satu mata rantai dakwah beliau.
                Tulisan demi tulisan yang kini tersusun menjadi cerpen yang berjudul “Jilbab Putih untuk Indah” ini saya persembahkan untuk keluarga, sahabat, ibu guru mata pelajaran bahasa Indonesia Dra. Erna Neviati dan untuk pembaca. Semoga terdapat ilmu dan tauladan bagi anda semua.
                Terima kasih untuk semua ilmu dan teladan dari semua orang yang telah membantu saya lebih baik melalui cerpen ini.
                Akhirnya, dengan penuh permohonan maaf saya haturkan kepada keluarga, guru dan teman saya. Semoga Allah senantiasa melindungi kita.

Fidya Alvi Mufida
18 April 2011
Surabaya

Jilbab Putih untuk Indah
Aku hanyalah kain biasa
Dengan uang 10 ribu kau bisa membeliku
Putih, kuning, merah atau hitam
Kau dapat memilih dengan sesuka hatimu

Aku dapat menuntunmu ke surga
Tapi, di sisi lain kau dapat terperosok ke jurang neraka karenaku juga

Perempuan yang memilihku hanya sebagai selendang, rok mini
Mereka kan terperosok ke jurang neraka
Entah, mereka tahu atau berpura-pura tak tahu
Jika terdapat satu jalan menuju surga bersamaku

Jalan menuju surga yang kan kau dapati
Saat kau gunakanku tuk menutupi auratmu

Mahkota kecantikanmu yang kau urai
Kan terjaga dari nyala api neraka
Denganku....

                Puisi menjadi jalan bagi Indah untuk menyampaikan perasaannya. Sebagai seorang muslimah Indah ingin memakai jilbab seperti temannya “Ana” sekaligus untuk menjalankan perintah-Nya. Namun, kedua orang tuanya tidak mengizinkannya untuk memakai jilbab, dengan alasan takut anaknya tidak bisa berkembang karena banyak batasan-batasan saat memakai jilbab.
_____________________

                Sebagai seorang pelajar Indah dikenal rajin, aktif, baik dan lembut. Dia juga tergabung dalam ekstrakulikuler SKI (sie kerohaniaan Islam). Suatu hari, saat diadakan acara rutinan SKI yang bertujuan untuk mempererat tali silaturrahim antar anggota. Indah tidak dapat hadir, karena orang tuanya melarang dia untuk hadir, hanya karena dia memakai jilbab.
Dengan nada  sedikit membentak ibu Indah bertanya, “Mau kemana kamu Indah?”.  
“Indah mau ke sekolah bu,” jawab Indah lirih.
“Ngapain kamu pakai jilbab segala? kamu pasti bohongin ibu,” bentak ibu Indah.
“Tapi, bu Indah harus...,” sela Indah.
 “Huu... kamu itu alasan saja,” jawab ibu Indah.
                Orang tua Indah terutama ibunya selalu melarang Indah keluar rumah jika Indah memakai jilbab. Karena Indah menghormati orang tuanya, Indahpun menuruti ibunya meski dia tidak bisa hadir di acara rutinan SKI hari itu.
________________________

                Di sekolah teman-teman Indah menanyakan kenapa dia tidak hadir di acara rutinan SKI kemarin. Tapi, indah berbohong ke teman-temanya dia bilang sakit sehingga dia tidak bisa hadir. Ana, sahabat Indahlah yang tahu alasan Indah sebenarnya sehingga dia tidak hadir di acara rutinan SKI. Tak lama, setelah semua temannya meninggalkan Ana dan Indah. Ana bertanya,”Indah, kenapa kamu tidak datang kemarin?”.
 “ Biasa An, kamu tahu sendiri kan ibuku selalu melarangku untuk keluar dengan memakai jilbab, apalagi dia tahu kalau aku mengikuti SKI,” jawab Indah lirih.
“Aku heran dengan orang tuamu In, seharusnya setiap orang tua bangga dan senang melihat anaknya belajar agama islam dan memperbaiki perilakunya. Tapi kenapa orang tuamu begitu. Astaghfirullah… maaf In, bukan maksudku untuk mengejek orang tuamu,” sahut Ana.
“Ia, gak masalah. Kamu betul An,” jawab Indah.
 “Kamu yang sabar ya In, itu kan karena orang tuamu belum tau apa maksudmu selama ini, aku bantu cari solusi deh...,” kata Ana.
Terima kasih An” jawab Indah.
                Indah memang tertutup, dia hanya bercerita kepada Ana atas masalah yang menimpahnya.
                Saat jam istirahat pertama Indah selalu menyempatkan untuk sholat dhuha di musholla sekolahnya, begitu juga dengan Ana. Setelah sholat dhuha mereka masih di musholla untuk ngobrol, bertukar pendapat atau sekedar duduk.
 “Gimana An, kamu bisa bantu aku?,” tanya Indah.
“Bantu apa In?,” tanya balik Ana.
“ Gimana caranya biar orang tuaku ngizinin aku pakai jilbab?,” tanya Indah.
 “Waah... aku belum tau In...,besok pagi saja aku kasih tahu kamu. Insya Allah,” jawab Ana.
Teeett..... suara bel masuk kelas berbunyi.
 “Ya sudahlah... ayo masuk sudah bel!,” jawab Indah.
_____________________

Sore hari ketika keluarga Indah berkumpul,  Indah sering belajar, bercanda atau melihat TV dengan adiknya. Bagi kedua adiknya Indah patut dicontoh, sikapnya yang patuh dan taat kepada orang tua selalu dijadikan teladan kepada adiknya oleh kedua orang tuanya.
                Tetapi, setelah kejadian di pagi hari saat Indah dilarang ibunya untuk pergi menghadiri acara rutinan SKI karena dia berjilbab, sore hari itu Indah terlihat diam dan memilih duduk di teras rumahnya sendirian.
                Sedangkan di ruang tengah keluarga Indah berkumpul melihat TV. Dengan penuh keheranan ayah Indah bertanya,”Indah kenapa bu, kok tumben diam saja?”. Namun ibu Indah hanya menjawab, “Paling juga dia ada masalah sama temannya yah”. Sampai malam Indah tetap banyak diam, dia tidak seperti biasanya.
____________________

                Pukul 06.00 WIB Indah bersiap-siap berangkat ke sekolah, dia terlihat bersemangat karena teringat Ana berjanji akan memberinya solusi agar orang tuanya mengizinkannya untuk berjilbab.
                Setibanya di sekolah Indah segera menemui Ana. Dengan nafas terengah-engah Indah memanggil Ana, “An, Ana gimana kamu sudah tau?”
“Astaghfirullah... anak ini belum salam uda nanya kayak mau  wawancara aja,” jawab Ana.
“ Maaf An, assalamualaikum.Gimana kamu sudah tahu solusinya?” tanya Indah.
 “Waalaikummussalam, lha gini kan enak. Ahamdulillah, tapi aku belum bisa kasih tahu sekarang. Nanti saja setelah kita sholat dhuha aku kasih tahu kamu,” jawab Ana lega.
 Dengan menyesal Indah bertanya, “Kenapa An? Kamu jangan buat aku penasaran”.
“Iya aku faham dengan keadaanmu, tapi aku gak bisa kasih tahu sekarang waktunya sedikit, nanti saja ya?” jawab Ana.
“Kalau itu yang terbaik okelah,” sahut Indah dengan tersenyum.
                Selama jam pelajaran Indah terlihat termenung, mungkin dia masih berfikir kira-kira apa solusi yang akan diberikan Ana. Berulang kali dia melihat jam, berharap istirahat segera tiba. Dan akhirnya istirahat yang dia tunggu kini tiba. Dengan cepat dan tergopoh-gopoh dia langsung keluar ke kelas Ana, tapi sesampainya di sana Ana tidak ada. Menurut Ali teman sekelas Ana, dia sudah ke musholla terlebih dahulu. Dan ternyata Ana memang sudah di musholla dia juga selesai sholat dhuha. Dia sengaja sholat terlebih dahulu agar dapat berbicara dengan Indah lebih lama.
“Ana...,” sapa Indah sambil menghampiri Ana yang duduk di teras musholla.
“In, aku tunggu kamu dari tadi. Kamu gak baca sms dariku?,” tanya Ana.
“ Kamu sms aku, hpku gak aktif. Aku dari tadi juga mencarimu, kata Ali kamu di sini. Gimana kamu sudah tahu kan solusinya? Ayo kasih tahu aku,” pinta Indah.
“Kamu semangat sekali ya.. semoga Allah memberimu kemudahan,” jawab Ana.
“Amiin...,” sahut Indah.
                Setelah lama mereka berdua berbincang Indah sedikit lega atas solusi dari sahabatnya yang cantik itu. Ana bilang bahwa dia harus mengenalkan kepada orang tuanya tentang jilbab. Kenapa seorang muslimah wajib menggunakan jilbab dan apa tujuannya mengikuti SKI.Ceritakan dengan perlahan kepada orangtuamu,  dengan tetap menghormati mereka sebagai orang tuamu,” kata Ana.
                Jika kamu sudah memberi tahu semuanya dan orang tuamu tetap melarangmu untuk berjilbab karena takut kau akan susah berkembang. Ceritahkanlah jika kepala sekolah kita ialah seorang muslimah yang berjilbab dan dapat berkembang, bahkan beliau dapat mengembangkan sekolah kita. Apabila orang tuamu melarangmu dan berkata jika ridho Allah terletak pada ridho orang tua. Dan jika kamu tidak menuruti permintaan orang tuamu untuk tidak memakai jilbab, maka kau tidak mendapatkan ridho Allah. Beritahukan kembali kepada orangtuamu jika yang Allah ridhoi itu ialah semua hal yang sesuai dengan perintah-Nya salah satunya memakai jilbab yang sudah menjadi kewajiban setiap muslimah. Dan Allah tidak meridhoi semua hal yang bertentangan dengan perintah-Nya meskipun itu diperintahkan kedua orang tua kita,”saran Ana.
                Buktikan kepada orang tuamu jika kamu dapat menjadi anak yang berhasil dan berkembang meskipun kamu berjilbab. Dan bersungguh-sungguhlah kamu, karena Allah akan memudahkan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dalam perbuatan dan doa yang baik, Insya Allah,”kata Ana.
______________________

                Perlahan, Indah menerapkan solusi dari Ana dengan cara lebih sering mengenalkan agama islam khususnya tentang jilbab, melalui dialog dan buku-buku kepada keluarganya. Kini, orang tua Indah mengizinkannya untuk berjilbab bahkan ibu dan adik perempuannya juga berjilbab. Tapi, ada satu permintaan sekaligus janji Indah untuk orang tua dan keluarganya jika dia dapat berhasil dan berkembang dengan dia berjilbab.
                Satu bulan sudah Indah, ibu dan adik perempuannya berjilbab. Satu bulan juga indah menundah janjinya.
______________________

                Di sekolah anak-anak bergerombol di depan mading perpustakaan, mereka melihat poster lomba menulis yang diadakan antar SMA di Surabaya. Dari situlah Indah dapat mewujudkan janjinya, hari demi hari dia mulai menulis novel yang akan dia kirimkan untuk mengikuti lomba.
Tanggal 01 Juni 2011 hari dimana sang juara lomba akan diumumkan yang bertetapan dengan ulang tahunnya yang ke-17 tahun. Indah berhasil membuktikan janjinya bahwa ia bisa menjadi anak yang  berhasil dan berkembang kepada keluarganya khususnya kepada orang tuanya. Karena, di hari ulang tahunnya itu dia mendapatkan kado spesial dengan kemenangannya sebagai juara 1 lomba menulis dengan novelnya yang berjudul “Jilbab Putih untuk Indah” yang berisikan cerita pribadinya selama ia mengharap izin kepada orang tuanya untuk memakai jilbab.
                Dan di hari kemenangannya itulah indah mendapatkan kado yang lebih spesial dari sang ibunda tercinta. Kado yang terlihat sederhana, tapi diberikan dengan rasa kasih sayang tulus seorang ibu kepada anaknya.

Selembar Kain Ajaib
Sebelum ku mengenalmu
Kau hanya selembar kain biasa
Seringkali ku gunakan kau sebagai selendang, hingga alas meja di ruang makan
Kini...
Setelah bidadari kecil bercerita kepadaku akan cahaya kebenaran
Kau bagaikan selembar kain yang ajaib
Keluargaku seperti terlahir kembali
Kami semakin taat dan patuh kepadaMU

Dan aku semakin cantik denganmu
Cantik di mata hambaMu dan cantik  di hadapanMu

Terima kasih nak... atas pengorbananmu selama ini, maaf jika ayah dan ibu sering membuatmu jera karena keegoisan kami. Tapi, kini ibu sadar jika apa yang kau lakukan selama ini benar. Semoga kau menjadi anak yang sholeha, menjadi contoh yang baik bagi adikmu dan semua orang atas kegigihanmu. Tak lupa sampaikan kepada Ana sahabatmu, ucapan terima kasih ibu sekeluarga atas bantuannya selama ini. Semoga kalian menjadi anak sholeha yang bahagia dan mendapat kemudahan dari Allah dalam mewujudkan cita-citamu.
IBUNDA TERCINTA

Sambil mengusap air mata bahagia setelah membaca surat dalam kado  dari ibunya, Indah melanjutkan membuka kado itu dan didapatinya jilbab putih menjadi hadiah dari ibunya.

Tentang Penulis

Fidya Alvi Mufida, Siswi SMA Negeri 20 Surabaya. Yang duduk di bangku kelas XI-IPA 2. Menulis menjadi hobinya sejak duduk di sekolah dasar. Menulis puisi menjadi salah satu jalan untuk menyalurkan hobinya dan cerpen “Jilbab Putih untuk Indah” ini menjadi cerpen pertamanya. Semoga cerpen “Jilbab Putih untuk Indah” ini menjadi awal bagi Fidya untuk berkarya lebih baik.


1 komentar: